May I Come In?
Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat kuroo mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Lantas ia buka dan menemukannya oikawa dengan bungkusan makanan yang banyak. Jangan lupa cengirannya yang lebar itu.
“Minumannya?” tanya kuroo saat keduanya sudah duduk santai menghadap televisi. Dinyalakan televisi itu agar sedikit ada suara yang meramaikan kegiatan senang-senang malam mereka.
Oikawa senyum tipis, kemudian membuka tas ranselnya. Kuroo kira, oikawa akan membawa minuman yang normal-normal saja. Seperti es boba, milktea, atau minuman soda botol mungkin? Tapi di sini yang ia terima adalah satu botol kaca bening bertuliskan 'Iceland' besar berwarna biru dengan tutup kuning. Tak lupa kadar alkohol yang terpampang jelas di botol tersebut.
What the fuck?
Jujur saja kuroo tidak habis pikir.
“Apa?”
“Serius? mendadak banget?” tanya kuroo.
“Ya gimana dong? kan tadi udah gue bilang mau bawa minum,” kata oikawa tak acuh.
“Lo ngide banget asli..”
Mendengar itu, oikawa hanya mengedikan bahunya santai. Dikeluarkan gelas sloki kecil dari tasnya, kemudian membuka beberapa makanan yang sudah dibeli sebelum ke kos kuroo tadi.
“Mau gak? toh besok libur,”
Kuroo terlihat memikirkan tawaran oikawa. Benar-benar kawannya satu ini. Mungkin ia akan belajar hidup seperti oikawa nantinya.
“Yaudah sih, dibuang sayang..”
Kuroo awalnya tidak berniat untuk getting drunk. Percayalah, sebenarnya kuroo jarang melakukannya. Ia agak membatasi karena saat ia sudah tipsy, ia tidak akan ingat apapun saat sepenuhnya sadar. Seringkali kuroo melakukan hal yang di luar nalar saat ada pada kondisi itu. Meskipun pada saat setelah minum kesadarannya masih setengah, tapi ingatannya tidak sinkron dengan kesadarannya. Hal tersebut akan membuatnya malu bukan main dan terkadang menjadi bahan ejekan tongkrongannya. Oleh karena itu, ia sangat membatasi.
Tapi berbeda dengan malam ini. Karena sudah dibawakan oleh oikawa, ia pun akhirnya menyetujui ide sinting oikawa. Seperti yang ia bilang sebelumnya, dibuang sayang.
“Lo gimana? udah mendingan?” tanya oikawa pada kuroo sambil menenggak gelas keduanya.
“Iya mungkin,” jawab kuroo yang kemudian ikut menenggak gelasnya, “Heartbreak sucks,” lanjutnya.
“Yeah, i know“
Beberapa waktu setelah itu, makanan yang tersisa hanyalah remahan. Bahkan minuman yang mereka tegak pun agaknya tercecer ke lantai karena tumpah saat menuangkan. Bau alkohol yang cukup menyengat tercampur dengan aroma citrus menguar. Membuat siapapun yang mencium bau itu tau kalau minuman itu bukan minuman coba-coba.
Oikawa yang menuangkan cairan itu ke gelas sloki di depan mereka, kuroo sih tinggal menerima. Kata oikawa, itu menjadi tanggung jawab dia untuk menghibur orang yang patah hati. Oleh karena itu, ia dengan kesadaran yang sangat terbatas tetap nekat menuangkan minuman ke gelas kuroo.
“Lo sekarang mau apa?” tanya oikawa.
Kuroo mengalihkan pandangannya dari televisi ke arah oikawa. ia tatap wajah temannya itu sebentar, kemudian berpaling lagi sambil tertawa pelan. Hal ini tentunya membuat laki-laki dengan surai coklat itu heran bukan main.
Alih-alih menjawab pertanyaan oikawa, kuroo malah bertanya balik. Dan pertanyaan yang kuroo lontarkan tentu membuat oikawa terheran lebih dari sebelumnya.
“Oik, kalo gue pengen bokuto balik ke gue, gue egois gak sih?”
Oikawa tidak kunjung menjawab, tapi ia hanya menatap kuroo bingung.
“Jawab anjir,”
“Terus lo sama alisa gimana goblok?” oikawa mulai terpancing emosi sedikit.
“Doesn't matter. Udah putus dari lama juga,”
Ucapan kuroo membuat oikawa menghentikan kegiatannya dan meletakkan gelasnya ke lantai.
“Anjing, kur?”
Oikawa auto marah-marah mengetahui temannya yang satu itu memendam semuanya sendirian.
“Kapan? Siapa yang mutusin?” tanya oikawa.
“Udah lama sih, dia yang mutusin..” jawab kuroo sambil tertawa.
“Cerita dari awal,”
Keduanya tahu malam itu akan menjadi malam yang panjang.
Kuroo mulai berceloteh bagaimana ia berakhir diputuskan oleh alisa. Berawal dari dirinya yang mulai susah dalam menghubungi alisa, yang kemudian asyik dengan bokuto. Pun alisa yang sibuk mengurusi tanggungannya saat itu. Berakhir dengan kuroo yang secara tidak sadar jatuh hati pada bokuto. Padahal faktanya, ia sudah jatuh hati sejak jauh-jauh waktu sebelum itu tetapi ia sendiri menyangkalnya. Ia juga menyangkal bagaimana alisa menuduhnya menyukai bokuto.
Ia bercerita berentet tanpa celah. Dan tanpa disangka, hal itu malah membuat oikawa dan kuroo tertawa secara bersamaan.
“Lagian bukannya alisa bener ya?”
“Yah pas itu gue masih goblok sih, jadi ya nyangkal terus..” jawab kuroo.
Dan benar saja, kuroo sekarang menyadari bahwa apa yang dikatakan alisa benar adanya. Mungkin saat itu masih ada alisa di hati dan pikirannya, namun urutan alisa jauh di bawah satu orang yang kini menjadi pusat perhatiannya yang mana adalah bokuto koutarou.
“Jadi sekarang gimana?”
“Gimana apanya?”
“Ya lo mau apa sekarang?”
“Mau bokuto,”
Oikawa sukses dibuat bungkam. Kuroo kalau sudah mode begini susah diubah pemikirannya. Tekadnya bahkan lebih keras daripada kepalanya sendiri.
“Bukannya bokuto deket sama itu ya, si kashi siapa itu?”
“Oh that motherfucker,” ucap kuroo.
“Gak tau ya, tapi gue mau bokuto. Apapun rela gue lakuin deh,” lanjutnya.
Oikawa tertawa mendengar perkataan kuroo. Serius? setelah apapun yang kuroo lakuin ke bokuto, kuroo masih bisa berharap seperti itu?
“Emang bokuto masih mau sama lo?”
“Brengsek oikawa..” kuroo memukul oikawa dengan bantal sofa tempat mereka bersandar.
“Dukung gue dong, masa gitu lo sama temen sendiri..”
Oikawa malah tertawa lebih keras daripada sebelumnya.
“Oke-oke, apapun yang lo lakuin bakal gue dukung.”
“Sekarang mendingan kita seneng-seneng aja, oke?” tanya oikawa.
“Deal,” jawab kuroo.
Kuroo menjawabnya dengan sumringah. Dilanjutkan lah kegiatan mereka yang diinterupsi oleh pernyataan kuroo tadi.
Beberapa saat kemudian, jarum jam sudah menunjukkan hampir pukul satu. Kuroo jadi teringat kalau hari ini bokuto ingin menyusul ke sini setelah bertemu dengan akaashi. Tapi yang bersangkutan tak juga menampakkan batang hidungnya.
Kondisinya sekarang sudah benar-benar tidak karuan, walaupun ia masih setengah sadar. Ia berada di kondisi itu setelah menenggak lima atau enam shot, ia sendiri lupa. Sebenarnya ia cukup tahan dengan minuman beralkohol, padahal ia jarang minum minuman seperti ini. Oleh karena itu, ia masih bisa melakukan sesuatu walaupun ia yakin esok hari ia tidak akan ingat.
Lain halnya dengan oikawa yang meminum jumlah shot yang sama, namun kini sudah terkapar tidak berdaya di lantai tanpa alas itu. Toleransi orang itu terhadap alkohol jauh lebih rendah di bawah kuroo. Buktinya, kini ia terkapar seperti orang pingsan.
Bungkus makanan berceceran, minuman yang mereka minum pun masih tersisa sedikit di botol yang tergeletak di samping oikawa. Dengan kesadarannya yang tidak seberapa itu, kuroo membereskan botol dan sampah-sampah yang ada.
Untung saja oikawa setelah menenggak beberapa shot langsung tepar. Ia tidak mau kejadian itu terulang lagi. Kejadian saat oikawa mabuk dan bercerita tentang space dan segala jenisnya.
Setelah selesai, kuroo berdiri dengan meraih pinggiran sofa, berharap itu bisa membantunya berdiri dengan benar. Dan berhasil, ia masih bisa mengontrol keseimbangan tubuhnya walaupun tidak sepenuhnya.
“Oik, masih idup gak lo?” ucap kuroo sambil menendang-nendang kaki oikawa pelan.
“Hnggg...”
Balasan oikawa juga sudah menandakan bahwa orang itu tidak sadar sepenuhnya. Setelah itu ia beralih berjalan pelan ke arah meja belajarnya untuk mengambil ponselnya. Pandangannya sedikit kabur. Kepalanya agak pusing.
Saat berhasil meraih ponselnya, segera ia cari nomor bokuto dan memanggilnya.
“Bok, jadi ke sini gak?”
'Iya, ini udah sampe. Bukain dong?'
Setelah menanyakan hal itu, kuroo terdiam. Bersamaan dengan ketukan pintu kamarnya, menandakan orang yang ia tunggu daritadi sudah tiba.
Benar saja, saat kuroo membuka pintu kamarnya, sosok bokuto benar ada di depannya. Menghela napasnya dan menyunggingkan senyum.
“May i come in?”
Kuroo merasa darahnya semakin berdesir. Ia juga merasa seolah-olah belasan kupu-kupu hinggap di perutnya. Entah itu karena efek alkohol, atau efek orang di depannya ini. Yang jelas ia sangat menyukai sensasi ini.