Blueberry Jam
Bokuto Koutarou x Kuroo Tetsurou
Malam itu benar-benar malam yang membosankan bagi bokuto. Usai membersihkan badan selepas latihan, ia melangkahkan kakinya keluar gor dan membawa dirinya entah ke mana. Bokuto koutarou adalah maniak voli. Tapi kali ini voli bahkan tidak bisa membunuh rasa bosannya. Hampa.
Berencanalah ia ke kos kawannya, kuroo. Niatnya menghabiskan malam hanya dengan mengobrol ringan. Ia menghubungi yang bersangkutan, dan mendapat lampu hijau. Segera ia bergegas pergi dari area itu dan menuju ke rumah kuroo.
“Masuk,” ucap kuroo tepat saat membukakan pintu untuk bokuto. Ia lihat kuroo yang sehabis mandi dengan baju polosan dan celana pendek, jangan lupakan rambutnya yang mulai mengering. “Tumben lo jam segini mandi?”
Yah ini jam 9 malam, dan kuroo aslinya tidak suka dingin. Karena itu bokuto terheran-heran, apa yang merasuki kawannya ini tiba-tiba mandi jam segini.
Kuroo menyilangkan tangannya di depan dadanya, “Gerah.”
Bokuto mengendikkan bahunya cuek. Kemudian dengan segera ia bergegas mendudukan dirinya di kasur kuroo usai meletakkan tasnya di samping meja belajar kuroo. Ia melihat kuroo yang sedang asik memakan sesuatu, membelakanginya sambil mengecek sesuatu di rak bukunya. Timbul sepercik keinginan untuk merengkuh perawakan tersebut.
Bokuto mendekat ke paras elok itu, melingkarkan tangannya di sekeliling pinggang sang kawan dan meletakkan dagunya di pundak kuroo. Menghirup aroma sabun di ceruk leher kuroo. Membuat kuroo memejamkan matanya dan menikmati sensasi yang bokuto salurkan. Manis seperti iced tea dengan perpaduan mint. Ia hirup lagi tengkuk kuroo dengan rambutnya yang sedikit masih basah.
“Lo pake shampo baru ya?”
“Iya, kenapa?”
Aroma citrus menguar dari rambut kuroo, membuat bokuto terbuai. “Gue suka,” ucapnya sambil menjelajahi tengkuk orang di depannya. Mengecupnya sekali-kali.
Saat kuroo membalikkan badannya, ia temukan wajah bokuto yang hanya disoroti oleh cahaya remang-remang lampu belajar. Dengan hembusan nafasnya yang menenangkan. Lantas ia mengoleskan sedikit sisa selai blueberry di bibirnya ke bibir bawah bokuto, membuat sang empunya heran bukan main. Kuroo yang mengerti ekspresi dari sang kawan membuat gestur untuk diam dengan jari telunjuk di bibirnya sendiri.
Ia dekatkan wajahnya, menghapus jarak. Bokuto paham betul apa yang kuroo lakukan. Tepat saat bibir kuroo ada di depan bibir bokuto, ia berbisik pelan.
“Boleh gue bersihin? gue suka selai blueberry.”
Alih-alih merespon, yang ada hanyalah tangan bokuto yang meraih tengkuk kuroo agar semakin mendekat. Menyatukan belah bibir diantara mereka. Memagut, saling mendominasi. Manis bercampur sedikit asam, terasa penuh dan hangat. Ia sesap bibir kuroo yang sedari tadi menggodanya bukan main. Ah, selai blueberry ternyata memang senikmat ini.
Manis asam dari selai blueberry seolah menambah sensasi yang membuat keduanya terselebungi kabut nafsu.
~~~
Menyadari kaosnya sudah jatuh di lantai, kuroo buru-buru menghentikan cumbuan mereka. Menyisakan sedikit benang tipis saliva yang menggantung, membuat bibir keduanya semakin terlihat basah dan ranum.
“Bentar,” Kuroo menyalakan laptopnya lagi, dan membuka channel youtube yang biasa ia tonton saat belajar. Ia naikkan volumenya hingga cukup. Playlist tentang teori gravitasi bukanlah ide yang buruk, kan?
“Ngapain diidupin?”
Kuroo mengalungkan lengannya di leher pria di depannya, mendekatkan hidung mereka hingga jarak tak sampai satu inci.
“Gue gak mau orang lain denger secara cuma-cuma,”
Begitulah ucap kuroo final, sebelum menyatukan bibir mereka. Sebelum bokuto menenggerkan kedua tangan kokohnya di pinggang kuroo dan mengangkatnya hingga ke ranjang sang pemilik kamar.
“Is this okay?” Bokuto memastikan sebelum melangkah lebih jauh.
“Totally,” Laki-laki di bawahnya tersenyum tipis, dan jangan lupakan mata sayunya yang seolah mengundang bokuto untuk menelusuri lebih dalam.
Seolah mendapat komando, bokuto langsung tanpa berpikir ulang melakukannya.
Bokuto bersumpah demi hidupnya, seumur-umur ia bercinta dengan orang, rasanya tak seaneh ini. Ia merasa aneh melihat kuroo di bawahnya begini.
Ia merasa aneh. Ia masih merasa aneh.
Melihat kuroo yang biasanya gagah perkasa di lapangan, berbanding terbalik dengan kuroo di bawahnya sekarang yang siap digagahi.
“Thanks for the meal,” bisik bokuto di sebelah telinga kuroo, sebelum menjelajahi ceruk leher serupa madu dengan hidungnya. Dirasakan kuroo menggeliat gelisah. Tindakan bokuto tersebut tentu menghantarkan gelenyar dari jantung kuroo, menuju ke kepala dan ke bawah sana.
“Gue pelan-pelan ya” ucap bokuto yang dijawab anggukan oleh kuroo.
“Kaya lo bisa aja,” tambahnya.
Panas.
Bokuto menanggalkan jaket hitam timnya. Melemparkannya ke lantai kebanggaannya tersebut, karena kini yang akan ia banggakan berada tepat di depannya.
Lanjutlah kegiatan jajah dan menjelajah tubuh elok kuroo. Ia sesap kembali leher madu milik kuroo, membuat sang empunya makin menjadi-jadi. Kepala kuroo pening oleh sentuhan lawan mainnya ini.
Sesapan semakin menurun, menuju ke dua tonjolan di dada kuroo yang sedari tadi tidak terjamah. Ia kecup pelan dan gigit kecil sesekali.
Satu kali.
Dua kali.
”...Ngh bok,”
Hingga terdengar erangan kuroo yang dengan mudah membuat bokuto kecil bangun dari tidurnya. Selamat kuroo, kamu telah memanggil macan yang tertidur.
Dengan lidahnya, ia sesap dan basahi tonjolan kuroo. Lagi, lagi dan terus. Sensasi itu membuat laki-laki dengan bersurai hitam menyematkan jemarinya yang panjang ke surai putih. Rambut yang tadinya tegak karena pomade, kini telah jatuh karena bercampur dengan keringat dan nafsu. Sialnya itu membuat kuroo lebih tergugah lagi. Candu sekali.
Bokuto menyatukan bibir keduanya lagi, memagutnya tiada henti. Ia kira kuroo akan jatuh sepenuhnya di dalam dominasi bokuto. Tapi ia kemudian sadar, yang ia hadapi saat ini adalah kuroo tetsuro.
He likes kissing and kuroo like to be kissed. Kuroo likes the player, and bokuto loves the game.
Terjadilah pertarungan lidah, pertukaran saliva yang saling membangkitkan gairah masing-masing.
“Fuck kuroo, gini aja lo udah enak banget..” Ucap bokuto usai melepas pagutan, sambil memainkan salah satu tonjolan di dada kuroo yang telah meremang.
Kuroo menyeringai mendengar kata kotor keluar dari mulut bokuto, kemudian dengan cepat membalikkan posisi. Kini ia tindih bokuto di bawahnya. Sengaja ia duduki bokuto kecil yang kini mulai mengganjal di area bawahnya.
“Lemah lo..” Ledek kuroo di atasnya.
Bokuto menautkan alisnya heran, mendengar kuroo berkata seperti itu padahal ia sendiri tengah melihat celana kuroo yang telah menggembung. “Lo pikir lo enggak?” ledek bokuto balik.
Tangan kuroo terjulur menuju dada bidang bokuto, menjadikannya sebagai tumpuan.
“What the fuck you'll gonna do, tetsu?”
“Torturing you, darling.”
Setelah berkata demikian, kuroo menyamankan posisinya di atas bokuto dan bokuto kecil yang telah bangun sedari tadi. Besar banget, batin kuroo. Ini bukan pertama kalinya ia melakukannya bersama bokuto. Mereka pernah melakukannya, tidak sengaja. Dan pada saat itu kuroo tak sadar kalau milik bokuto sebesar ini. Bokuto yang sekarang, sangatlah masif.
Ia gerakkan pinggulnya yang masih menduduki kejantanan bokuto. Keduanya masih terbalut dengan celana masing-masing.
“You got a damn big package, huh?”
Bokuto semakin sesak di bawah sana. Laki-laki di atasnya memaju mundurkan pinggulnya yang elok dengan ritme tertentu. Darahnya berdesir layaknya menuju ke satu titik, yakni kejantanannya.
friksi antara kain tipis sweatpants yang ia gunakan, dengan celana pendek kuroo yang daritadi memperlihatkan betapa kerasnya kuroo sekarang, benar-benar membuatnya gila.
Ia julurkan satu tangannya yang sedari tadi menyokong pinggul kuroo, beralih menjadi di salah satu nipple di dada kuro. Mencubitnya pelan dan mengakibatkan kuroo mendongakkan kepalanya keenakan.
“Sialan kuroo,” Bokuto mengerang. “Lo sekarang lewd banget, tau gak?”
Tapi kuroo tidak menggubrisnya, ia tak sanggup. Merasakan gesekan di bawah sana yang membuatnya mabuk kepayang. Padahal itu ulahnya sendiri. Miliknya terasa begitu sesak dan panas. Menuntut untuk dibebaskan dari belenggunya.
Bokuto yang sama-sama, bahkan lebih, tidak tahan karena sedari tadi menerima dryhumping dari kuroo pun akhirnya memilih memegang kendali setelah membiarkan kuroo menyiksanya. “Your time is over..”
Ia peluk badan kuroo dan memutar posisi dengan pelan. Ia lihat celana pendek kuroo yang kini sudah mulai basah. Kalau bokuto sadar pun, miliknya sendiri sudah tak jauh beda dengan milik kuroo.
Disentuhnya paha dalam orang di depannya, yang dengan sukarela membukakan jalan bagi bokuto. Ia telusuri dengan jemarinya, paha dalam dari mantan kapten nekoma ini. Ia kecup, tak jarang sesekali menggigit dan menimbulkan ruam keunguan di sana.
Tanpa berpikir ulang, ia tanggalkan celana pendek kuroo. Kini yang di depannya sudah lengkap kuroo tetsuro tanpa helai apapun.
“Biar gue aja,”
Kuroo mengambil sebuah botol di nakas samping tempat tidurnya.
“Anjing kur, lo sejak kapan nyimpen ginian di situ?” Bokuto terkaget.
Selama ia sering main ke kamar kuroo, tidak pernah ia menemukan barang-barang haram ataupun barang yang mencurigakan. seperti ini. Waktu itu mereka melakukannya pun di tempat oikawa pada saat menghabiskan malam minggu, yang berakhir dengan bokuto dan kuroo di kamar sang pemilik rumah.
“Iseng beli, baru dateng kemaren”
“Trial nih ceritanya?” Bokuto terkikik geli.
“Diem lo,” ucap kuroo, sedikit malu.
Bokuto kini disuguhi pemandangan yang luar biasa. Indahnya bahkan dapat diadu dengan pemandangan di luar sana. Tidak, bahkan ini lebih elok.
Melihat kuroo melebarkan kedua kakinya dan mencoba mempersiapkan dirinya sendiri untuk dimasukki bokuto kecil, yang ternyata sangat besar.
Rambut hitam jelaga yang menempel di dahi karena keringat, bibirnya yang sedikit bengkak, kulitnya yang sewarna madu dan meremang di bagian tertentu. Jangan lupakan tanda kepemilikan di area bawah sana.
“Kuroo tetsurou, lo indah banget,”
Ditambah desahan kecil yang sedari tadi lolos dari bibir kuroo. Semua ini membuat bokuto benar-benar hilang akal sehat. Setelah dirasa cukup, kuroo menghentikan kegiatannya dan memberikan isyarat pada bokuto.
“Udah?”
Ia mengangguk, “pelan-pelan tapi..”
Yang kemudian bokuto jawab dengan gumaman dan kecupan di dahi kuroo.
Ia siapkan kejantanannya sendiri yang telah menunggu. Tak lupa proteksi yang dipasangkan saat kuroo sibuk dengan dirinya sendiri tadi. Tentu saja kuroo masih saja terkejut saat penis bokuto sepenuhnya terlihat. Besar, berurat, dan keras. Membuat bagian bawah kuroo bereaksi. Sejujurnya, milik kuroo juga tidak terlalu kecil. Bahkan bisa dibilang miliknya lebih sedikit dari rata-rata. Tapi milik bokuto ini sudah benar-benar melampauinya.
Jadi saat kepala dari penis bokuto menyentuh bawahnya, ia memejamkan mata dan sedikit meremas seprai kasurnya. Bokuto melihat ekspresi dari wajah kuroo menjadi sedikit terenyuh.
“It's okay. I'll be gentle, tetsu”
Sedikit. Kuroo menghirup napas pelan.
Separuh. Kuroo menahan napasnya.
Penuh. Kuroo tercekat. Merasa dicekik, terlebih di bawah sana. Ia benar-benar merasa telah terisi oleh milik bokuto.
Kalau dirasa-rasa, kondisi seperti ini menimbulkan rasa sakit yang seolah bisa menghilangkan kesadarannya. Ia merasa badannya dikoyak habis-habisan saat benda itu memasuki dirinya secara penuh. Panas, penuh, dan basah.
Setelah beberapa menit menyesuaikan diri, ia menatap bokuto lamat. Ia tatap manik emas yang diselimuti nafsu itu. Kelopaknya sayu tapi tatapannya tajam, seolah menunggu persetujuan kuroo untuk memulai bergerak. Kuroo memberi tanda berupa anggukan pelan, dan mengalungkan tangannya di leher orang di atasnya.
Bokuto yang mendapat persetujuan langsung menggerakkan pinggulnya dengan pelan. Menimbulkan gesekan antara miliknya dan dinding kuroo di bawah sana. Menggempur setiap titik di ruang yang ada.
Penis bokuto yang berkedut dihimpit kencang oleh milik kuroo, “You really good at choking me down there, tetsu..”
Kuroo terengah-engah, keringatnya bercucuran di pelipisnya. Sedikit air mata keluar dari mata kanannya, mengalir dengan indah di pipi orang yang lebih tinggi. Wajahnya memerah.
“Hell yeah i am.. just break me, kou.”
Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut sang kawan tentu saja membuat libido bokuto makin membuncah. Nafsunya mengambil alih kontrol tubuhnya. Friksi antara penisnya dan dinding kuroo menstimulasi pergerakannya.
Ia raih tungkai kuroo, satu persatu ia sandarkan di pundaknya yang lebar. Ia miringkan kepalanya dan mengecup betis kuroo berulang kali sambil mengucapkan pujian-pujian untuk kuroo.
He worships him.
Bokuto worships kuroo so much.
Harder.
Rougher.
Kuroo menginginkan bokuto, sebesar bokuto menginginkan kuroo.
Setiap tumbukan di ruang kuroo membuat darahnya berdesir menuju satu titik, ke penisnya sendiri. Penisnya memerah, basah, dan ngilu karena sedari tadi tak terjamah. Ia genggam miliknya sendiri dan mulai menstimulasi.
Tapi bokuto mengehentikan tangannya dan menggenggam penis kuroo, “Gue aja.”
Kuroo yang tidak di posisi dapat menolak pun membiarkan bokuto menjamahnya. Bokuto Koutarou benar-benar membuatnya gila.
“Oh god, fuck yes.. yes.. yes..”
Bokuto dengan tangan besarnya yang hangat memainkan penisnya membuatnya gila. Hentakan berulang dari pinggul bokuto yang menghujam titik pastinya pun membuat akal sehat kuroo melayang. Ia mabuk kepayang.
Bokuto menggeram, “Suka?”
Hanya dijawab anggukan dan rintihan dari kuroo.
“Kou, please mau keluar...” ucapnya.
Perlakuan bokuto membuat ia lupa diri hingga akhirnya ia capai pelepasan pertamanya, mengenai dada bidang bokuto dan perutnya sendiri. Kakinya gemetar di pundak gagah bokuto.
Bokuto yang tak lama kemudian merasa akan lepas pun akhirnya menarik dirinya dari kuroo, segera ia lepaskan kondom yang membungkus penisnya. Ia stimulasikan hingga akhirnya ia menyusul kuroo dengan pelepasannya, mengenai bagian bawah kuroo yang masih memerah. Sengaja ia arahkan ke sana sebelum ia ambruk di atas kuroo.
Kuroo yang badannya masih gemetar pun membiarkan bokuto bersemayam di dadanya sebentar.
“Lo gila bok, kaki gue masih gemeter gak berhenti ini,”
Bokuto mendongak kemudian terkekeh sambil menyeka keringat di pelipis kuroo, “Enak dong gue mainnya berarti?”
Kuroo hanya menjawabnya dengan senyuman jahil dan kecupan di dahi bokuto, kemudian membawa laki-laki itu dalam dekapnya.
“Bok, stay ya?”
“Iya. Tapi besok bangunin pagi ya, gue masih ada latihan jam 9.”
“Roger that, babe.”
Bokuto yang masih menyamankan diri di dekapan kuroo jadi menimang-nimang. Kuroo memang semanis ini ya? Sepertinya, dulu temannya yang satu ini tidak bertingkah seperti ini. Apakah ini yang dirasakan pasangan-pasangan lama ketika sudah lama tidak bercinta lalu melakukannya lagi?
It feels like the first time they did it. Perutnya masih seperti dihinggapi kupu-kupu dan pipinya masih bersemu saat tubuhnya bersentuhan dengan kuroo.
Tiba-tiba pikiran random muncul di isi kepala bokuto.
“Kur, jujur. Lo tadi sebelum gue kesini udah prep ya? Kok gue juga ngecium bau aftershave.”
“Terus tadi lo mulus dan indah banget?”
Kuroo tidak menjawab, seperti tertangkap basah. Telinga dan pipinya mulai memanas hingga merah.
“Segitu pengennya?”
“Besok lagi kalo pengen bilang aja, gue langsung dateng ko—mmspsh,” Ucap bokuto final yang dengan segera mulutnya yang brisik itu ditutup dengan tangan kuroo.
“Brisik lo. Dah tidur.”
-Fin.